Memilih perabot memang menjadi perhatian tersendiri bagi banyak pemilik rumah. Selain harus bisa menyesuaikan dengan interior dan kualitas, soal harga juga menjadi sebuah hal yang penting untuk dipertimbangkan.
Saat ini beberapa produksi di dalam negeri juga sudah tak kalah bekennya dengan merek-merek luar. Saat ini, merek mebel lokal juga banyak melebarkan branding lewat konten-konten di sosial media, seperti di TikTok maupun Instagram.
Bagi beberapa netizen pemburu mebel di sosial media khususnya TikTok, apakah kalian pernah mendengar nama Decorunic? Yup, tak sedikit juga yang sudah tahu nama brand tersebut.
Muhammad Wahyu Amirudin (32), owner Decorunic mengatakan Decorunic diperkenalkan sebagai brand sejak 2018.
"Secara legalitas itu Decorunic berdiri 2018. Tapi sebelum itu, kita udah berjualan furniture custom di tahun 2016. Awalnya jualan aksesoris interior yang menempel di dinding, kaya meja lipat yang menempel di dinding. Lalu dikembangkan, dan mulai serius untuk membuat braind yang produk furniturenya khusus hemat ruang," ungkap Wahyu kepada detikcom, ditulis Rabu (1/6/2022).
Wahyu mengembangkan bisnis bersama sahabatnya. Ia berperan dalam urusan pemasaran, sementara untuk produksi ia serahkan kepada sahabatnya itu.
"Saya mengembangkan bisnis ini bareng sahabat kecil saya namanya Fuad Nur. Bisa dibilang ya kita berdua, dia itu temen Sekolah Menengah Pertama (SMP). Saya lebih ke bagian campaign marketing, administrasi dan lain-lain. Nah, kalau bagian produksi dan pengembangan sama Fuad," kata Wahyu.
Pria berusia 32 tahun itu juga memang tumbuh di lingkungan perajin mebel. Orang tuanya juga memiliki usaha mebel di Jepara.
"Sebenarnya kita itu juga tinggal di lingkungan perajin, yakni industri mebel di Jepara. Jadi, kita berdua belajar dari lingkungan di rumah juga. Memang latar belakang almarhum bapak saya itu usaha mebel, kemudian dilanjutkan ibu saya. Saya kan ini bikin usaha sendiri Decorunic, memang terpisah dari orang tua. Tapi, dulu saya juga tetap bantu usaha keluarga, di bidang pemasaran," jelasnya.
Menariknya, bisnisnya ini memang agak kelihatan melenceng dari latar belakang pendidikannya yang seorang lulusan Sastra Indonesia. Namun, Ia belajar keahlian marketing saat bekerja di perusahaan.
"Jadi, memang agak melenceng dari jurusan. Saya kuliah di UNNES jurusan Sastra Indonesia lulus tahun 2012. Sebenarnya, saya itu jiwanya penuh penasaran. Saya lulus kan di tahun 2012, di mana itu lagi booming banget namanya internet. Jadi, saya dulu sempat kerja di perusahaan, pernah jadi content writer. Dari situ, saya juga mulai-mulai mempelajari cara bikin website, desain, dari situ saya mulai sedikit menguasai hal marketing. Yang tadinya content writer, jadinya lebih ke digital marketer. Awalnya dari situ," ungkapnya.
Decorunic menjadi fokus utama Wahyu. Bahkan, dirinya mantap resign dari perusahaan tempat ia bekerja pada saat itu, untuk mengembangkan Decorunic.
"Dulunya, padahal Decorunic itu saya jadikan sambilan saja. Sembari membagi waktu juga untuk membangun Decorunic. Saya resign kerja tahun 2020, dari sebuah perusahaan penjualan herbal online. Yang tadi jadi content writer, saya juga sempat jadi manajer marketing di perusahaan tersebut. Tapi, sebelum saya mantap untuk resign saya memang sudah tata semua bagian elemennya terlebih dahulu. Jadi, saya sudah siap untuk resign. Saat ini saya memang fokus Decorunic. Kesibukan saya sekarang ya mengawasi kerja semua karyawan Decorunic mulai dari finance marketing, administrasi dan lain-lain," jelas pria asal Jepara itu.
Target pasar Decorunic itu sendiri dikatakan Wahyu lebih ke kalangan milenial muda, terutama orang yang baru punya rumah.
"Target kita lebih ke milenial atau pasangan milenial. Karena kan, biasanya mereka punya hunian dengan tipe dan model rumah yang relatif terbatas, dan nggak terlalu besar. Jadi, kita lihat dari situ. Dengan ruangan yang terbatas, pasti mereka harus punya furnitur yang hemat ruang, dan tidak makan tempat yang sekaligus secara fungsi ini bisa mencakup banyak hal. Dibanding beli satu furnitur, dengan satu fungsi. Jadi, dengan cara ini bisa bikin mereka hemat budget dan ruang," katanya.
Proses kreatif dari desain furniture Decorunic awalnya mulai dari melihat masalah yang ada pada customer. Lalu, tim akan mendiskusikan, secara lebih lanjut apa jawaban dan solusi dari permasalahan customer tersebut. Setelah sepakat, desain akan dibuat oleh tim visual.
"Terkait desain, fitur, dan fungsi. Kalau udah oke, baru dioper ke tim produksi. Lalu kita bikin campaign, buat promosi ke sosmed," tambah Wahyu.
Secara garis besar produk Decorunic bertema multifungsi dan hemat ruang. Ada produk aksesoris, meja tamu hingga standing mirror, dengan harga yang variatif.
"Harga yang paling murah aksesoris Rp 20 ribu sampai Rp 4 jutaan. Ya bisa lebih mahal lagi, kalau misal pesannya custom. Contoh, ada produk namanya meja tamu LINA, itu dimanfaatkan bisa menyimpan stoples, tempat tisu dan lain-lain. Jadi, mereka bisa langsung ambil tisu dari meja itu. Ada meja rias yang banyak bagian tempatnya. Yang paling banyak dibeli itu meja tamu LINA yang harganya Rp 1,5 juta. Ada juga yang sempat ngetren dan viral di TikTok itu standing mirror yang harganya Rp 1,9 juta," ujarnya.
Kebanyakan produk Decorunic menggunakan bahan plywood berkualitas. Bahan kayu, seperti kayu mahoni itu hanya dipakai untuk beberapa bagian pendukung saja. Wahyu juga sempat mengatakan hal itu memang agak anomali dari furniture Jepara, yang rata-ratanya memakai bahan kayu.
Pria asal Jepara itu mengaku modal awal membangun bisnis ini adalah dari uang pribadi dari gaji yang disisihkan, dan juga modal patungan dengan sahabatnya. Jumlahnya sekitar Rp 5 jutaan, itu sudah termasuk untuk bahan dan juga produksi.
Wahyu juga membeberkan di sebulan pertama bisnisnya itu, ia hanya mendapatkan omzet sebesar Rp 700 ribu. Namun, kini dirinya berhasil mendapatkan omzet hingga ratusan juta rupiah.
"Sebulan pertama omzet cuma dapat Rp 700 ribu, itu April 2018 awal. Awal bulan sampai akhir bulan cuma dapet segitu. Jenjang 5 tahun, sekarang udah dapat sekitar Rp 350-450 juta kotornya per bulan," ungkapnya.
Berlanjut ke halaman berikutnya.
Wahyu mengaku bahwa saat pandemi COVID-19 beberapa tahun lalu, tidak terlalu berdampak pada bisnisnya. Justru, momen itu malah permintaan pembelian meningkat.
"Kalau dari sisi produksi ada terhambat, karena kan ada beberapa bahan yang distribusi-nya terhambat. Tapi, dari sisi marketing, justru kita naik berkali-kali lipat karena kan kita 98% strategi marketingnya mengandalkan online. Kenapa? Mungkin orang kan pas pandemi banyak di rumah. Mungkin mereka jadi punya banyak waktu buat tata rumah mereka. Jadi, kan jadi lebih banyak scroll dekor rumah di sosmed. Daripada gabut, biasanya konsumen begitu," tutur Wahyu.
Sehari Decorunic bisa menjual 50 produk dan sebulan diangka 1000 lebih item terjual (untuk semua jenis produk). Dalam sehari juga, Decorunic bisa memproduksi 200 item kecil, 20 item sedang, dan yang besar 10 item. Saat ini, Decorunic telah memiliki rumah produksi sendiri di Jepara dan sudah memiliki total 30 orang karyawan. Diantaranya 18 orang staf produksi, dan bagian marketing hingga finance 15 orang.
Penjualnya pun telah dilakukan ke seluruh Indonesia dari Aceh sampai Papua. Namun, pihaknya masih belum berani untuk menjual ke luar negeri, walaupun ada permintaan yang cukup banyak.
"Kalau untuk ke luar negeri memang belum, sebenarnya banyak banget yang minat misal dari negara tetangga seperti Malaysia, Brunei. Untuk saat ini masih di sekitar Asia tenggara aja. Cuma kita nggak berani, kerana masih ada kendala logistik untuk pengiriman ke luar itu mahal banget. Kit masih belum berani jual barang secara retail ke luar negeri. Kecuali, kita menemukan ada distributor dari luar negeri mau ambil satu kontainer itu kita berani," kisah Wahyu.
Di sisi lain, dalam mengembangkan bisnisnya ini Wahyu juga mengalami kendala pada modal usaha.
"Ya walaupun sekarang kita juga modalnya udah segitu, tapi masih tetap untuk dipakai menggulung modal. Ya, kami rasa butuh suntikan modal lebih juga untuk pengembangan produk. Karena pengalaman puasa kemarin, permintaan tinggi sekali. Kita nggak bisa memenuhi permintaan, karena kita terkendala di modalnya juga. Itu sampai kita pre-order satu bulan, kasihan juga customer-nya," ungkapnya.
Ia juga bercerita bahwa pencapaian terbesar dalam bisnisnya ini bukan hanya pada materi. Namun, lebih ke respon para pelanggan setianya yang menunggu rilis produk terbaru mereka.
"Saya pribadi pencapaian terbesar bukan di materi, saya merasa pencapaian terbesar saya saat ini itu akhirnya bisa bikin brand, yang ditunggu-tunggu customer rilis produk barunya. Ini sesuatu yang menyenangkan buat saya. Jadi, customers banyak yang merindukan produk baru, artinya banyak dicintai. Itu sesuatu yang membanggakan," kata Wahyu.
Tips Mengembangkan Bisnis
Wahyu juga tak lupa memberikan tips, bagaimana cara dirinya mengembangkan Decorunic hingga bisa seperti sekarang ini. Berikut adalah tipsnya:
1. Memanfaatkan Peluang Branding di Sosial Media
Wahyu mengatakan saat ini pebisnis juga harus bisa memanfaatkan momen promosi, terutama di sosial media.
"Kita cermati platform apa? Kalau sekarang eranya video pendek, misal lagi trend reels, TikTok. Ya buat konten di sana. Tapi, itu kan kadang sifatnya dinamis, ya kita harus peka harus peka buat manfaatin momen itu," ujarnya.
Followers di akun TikTok Decorunic sudah mencapai 400 ribu lebih dan puluhan ribu followers di akun Instagram.
2. Bentuk Tim yang Solid
Tim yang solid Itu penting. Misalnya, sewaktu kita nggak menyentuh pekerjaan itu ya nanti tim kita yang akan handle.
"Saya selalu menanamkan prinsip untuk fokus pada perbaikan. Kalau ada masalah jangan larut ke masalahnya, ya fokus ke solusinya," kata Wahyu.
3. Jangan Pernah Ragu untuk Investasi ke Ilmu
"Kita budayakan belajar jadi hal yang wajib. Bahkan, setiap bulan di tim saya, saya wajibkan mereka untuk presentasi hasil belajar, ide-ide apa yang baru. Itu per individu, harus ada yang mereka sampaikan," jelas Wahyu.
4. Jangan Menjadi Leader yang Egois
Walaupun punya seorang bawahan, tapi sejatinya menjadi seorang leader haruslah bisa mendengarkan apa yang disampaikan oleh timnya.
"Jadi, leader jangan egois jangan terus merasa harus benar. Harus dengarkan apa yang disampaikan oleh timnya juga," terangnya.
5. Punya Visi Bisnis yang Jelas
Dalam menjalankan bisnis, tentu harus disiapkan visi yang jelas. Adanya sebuah acuan yang jelas, bisa membuat kita tahu seperti apa titik capaian yang diinginkan.
"Bisnis itu harus punya visi yang jelas, baik itu jangka pendek, menengah maupun panjang. Misal, 5 tahun ini bisnis kita mau jadi apa? Titik capaiannya seperti apa? Atau tahun depan kita mau apa? Jadi, ada acuan yang jelas, tidak sekedar mengalir gitu aja. Ada tujuan jelasnya mau kemana. Itu yang saya tanamkan," tutup Wahyu.