Orang Terkaya RI Mau Suntik Bank Muamalat, Ini Syarat OJK

Orang Terkaya RI Mau Suntik Bank Muamalat, Ini Syarat OJK

Danang Sugianto - detikFinance
Jumat, 28 Sep 2018 09:31 WIB
Orang Terkaya RI Mau Suntik Bank Muamalat, Ini Syarat OJK
Foto: Danang Sugianto-detikFinance
Jakarta - Setelah menanti sekian lama, pencarian investor baru PT Bank Muamalat Indonesia Tbk (BMI) mulai terlihat titik terang. Ada satu bentukan konsorsium yang berisi orang-orang terkaya Indonesia yang berpotensi menyuntikkan modalnya.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut ada dua kelompok investor besar yang benar-benar niat menyelamatkan BMI yang kekurangan modal. Dua kekuatan pemodal itu yakni perusahaan investasi asal Singapura, Lynx Asia dan konsorsium.

Pilihan OJK sepertinya akan jatuh pada investor konsorsium. Isi investornya sudah tak asing lagi yakni Ilham Habibie, Arifin Panigoro, Dato' Sri Tahir. Di dalamnya juga terdapat Lynx Asia dan SSG Hong Kong.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berikut ulasan lengkapnya:
Proses pemilihan calon investor BMI pun dipantau dan diseleksi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Meskipun OJK menegaskan bahwa proses pencarian calon investor baru BMI merupakan murni proses business to business.

Deputi Komisioner Bidang Strategi dan Logistik OJK Anto Prabowo menjelaskan ada 3 hal yang menjadi tolak ukur bagi OJK untuk memberikan restu ketika BMI mengajukan calon investornya.

"Jadi harus dicatat tidak ada peran OJK. OJK tidak pernah mencari investor. Tapi nanti kita lihat skemanya," tuturnya di bilangan Cikini, Jakarta, Kamis (27/9/2018).

Anto menjelaskan ada 3 kriteria investor yang bisa mendapatkan restu OJK. Pertama, sang investor harus memiliki kredibilitas tinggi sebagai pemegang saham industri keuangan.

Kedua, sang investor tentunya harus memiliki uang yang cukup. Bukan hanya untuk menyuntikan modal tapi juga bisa ikut berperan mengembangkan BMI ke depannya.

"Ketiga harus dilakukan tidak melanggar ketentuan," tambahnya.

Perusahaan investasi yang bermarkas di Singapura, Lynx Asia berminat untuk menjadi investor baru BMI. Namun investor ini tak mendapatkan restu dari OJK.

"Ini si bank yang mengajukan ini lho kita punya calon investor. Tapi kita lihat ini tidak sesuai," kata Deputi Komisioner Bidang Strategi dan Logistik OJK Anto Prabowo di bilangan Cikini, Jakarta, Kamis (27/9/2018).

OJK tak memberikan restu lantaran skema penyuntikan modal yang ditawarkan berupa aset swap. OJK bukan melarang skema aset swap, melainkan pelaksanaan riilnya.

Anto menjelaskan, mekanisme aset swap sendiri ditujukan untuj memperbaiki kondisi keuangan perusahaan. Umumnya ada aset yang di-bundling dalam bentuk surat utang.

"Kemudian bond ini punya kupon. Dalam aturan OJK kalau bank punya bond harus ada ATMR-nya (Aktiva Tertimbang Menurut Risiko). Nah aset swap di satu tempat bisa beda di tempat lain tergantung kriteria bond yang diterbitkan," terangnya.

Namun OJK mencium gelagat yang aneh. Lynx Asia menerbitkan bond namun tidak bisa ditransaksikan. Itu artinya bond tersebut tidak terdapat kupon serta tidak mendapatkan ratingm

"Lalu permintaan ATMR-nya nol untuk jangka waktu 20 tahun. OJK melihat ini punya risiko, karena nilai yang 20 tahun kemudian di-present value jadi akan ikut selama 20 tahun. OJK mengatakan ini tidak memenuhi ketentuan kita. Sehingga kita melayangkan surat ke bank," terangnya.

OJK cenderung memilih kelompok investor yang membentuk konsorsium. Cara yang digunakan oleh konsorsium ini bersifat konservatif.

Para investor di dalamnya patungan yang kemudian akan menyuntikan modal melalui penerbitan saham baru (right issue). Mereka juga berkenan untuk menempatkan dananya dalam sebuah perjanjian legal atau escrow.

"OJK lebih convenient karena itu jelas. Punya uang, ada di escrow, bisa dieksekusi," kata Anto.

Konsorsium ini terdiri dari pengusaha kenamaan seperti Ilham Habibie, Arifin Panigoro, Dato' Sri Tahir. Di dalamnya juga terdapat Lynx Asia dan SSG Hong Kong.

BMI sendiri akan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) pada 11 Oktober 2018 mendatang. Dalam rapat tersebut mengesahkan rencana right issue dari pemegang saham baru.

Dato Sri Tahir berencana untuk membantu permodalan PT Bank Muamalat Indonesia Tbk. Tahir sendiri merupakan orang terkaya nomor empat di Indonesia versi Forbes.

Saat ini, bank syariah tertua di Indonesia itu membutuhkan tambahan modal untuk memperluas bisnisnya. Tahir mengungkapkan bahwa pihaknya berniat membantu permodalan Bank Muamalat. Rencananya suntikan modal juga tidak untuk dimiliki sebagai unit bisnis.

"Kita hanya membantu untuk melewati masa sulitnya aja, tidak untuk dimiliki dan tidak untuk business," kata Tahir dikonfirmasi detikFinance.

Ia menyerahkan pengelolaan bisnis Bank Muamalat ke depannya kepada pihak yang lebih memahami bank syariah, salah satunya Ilham Habibie. Putra Presiden ke-3 BJ Habibie juga berencana menyuntikkan modal ke Bank Muamalat Indonesia. Bukan Ilham seorang, suntikan modal ini berasal dari sejumlah pihak yang tergabung dalam sebuah konsorsium.

"Biar nanti investor yang lebih qualifiedyang mengambil alih yang mengerti mengelola Bank Islam, seperti Pak Ilham," tambah Tahir.

Pria kelahiran Surabaya ini juga belum menjelaskan besaran suntikan modal yang akan diberikan ke Bank Muamalat. Rencana suntikan modal sejumlah Rp 5 triliun juga dibantahnya.

"Tidak benar, kita hanya membantu kalau diperlukan, biar investor yang lebih qualified yang mengerti Bank Islam yang ambil alih," kata Tahir.

Ia juga mengatakan pihaknya hanya berniat membantu permodalan Bank Muamalat. Ia juga belum siap jika menjadi pemegang saham bank syariah tertua di Indonesia tersebut.

"Saya tidak siap sementara, karena Bank Muamalat perlu keahlian khusus," tutur Tahir.

Hide Ads